Cara Cepat & Mudah Mengatasi Lag PES 2016 Windows 10

04.30 Add Comment
Pes atau Pro Evolution Soccer merupakan salah satu game unggulan yang dikeluarkan oleh Konami. PES merupakan "versi lanjutan" dari game Winning Eleven yang terkenal diawal tahun 2000an.
PES banyak digemari oleh gamers dari benua asia. Gameplay yang ringan dan cepat membuat banyak orang menyukai game ini.



Namun seringkali komputer atau laptop kita tidak memenuhi minimum requirements untuk memainkan game ini. Dan saat dipaksakan untuk menginstal gae tersebut, hasilnya sudah pasti LAG alias patah-patah.

Laptop yang saya miliki termasuk salah satu yang tidak kuat untuk menjalankan game ini. Sebenarnya banyak tools yang bisa dipakai untuk mengatasi Lag pada PES 2016. Namun tentu kita harus menyiapkan ruang lagi untuk instal tools tersebut bukan ?

Dan saya ingin menshare cara yang saya pakai untuk mengatasi Lag tersebut, karena sebenarnya cara tersebut lebih mudah dibandingkan dengan kita harus menginstall tools tertentu lagi di laptop atau komputer.
untuk caranya bisa teman-teman pada video dibawah ini


Semoga bermanfaat :)

Alasan Kenapa Kamu Masih Menganggur

04.04 Add Comment
Satu momen yang sangat fantastis bagi kehidupan seorang mahasiswa adalah saat mereka mengakhiri status kemahasiswaannya dan menjadi seorang sarjana. Mungkin, pada saat yudisium semua orang sibuk memberi selamat dan bersenang-senang. Namun...... Kemudian berpikir, lalu kita harus ngapain lagi nih? Siap-siap aja deh nganggur alias jadi "BEBAN NEGARA".
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat pengangguran Sarjana meningkat dari 5,34 persen pada Februari 2015 naik menjadi 6,22 persen pada Februari 2016. Wow, luar biasa kaan? So... Kalo kamu pengangguran sarjana, ingatlah bahwa.... "You're not alone" hahaha.

Tapi, yang paling menyedihkan dari seorang pengangguran selain dari tidak adanya penghasilan adalah beban psikologis. Kebayang gak sih, kita udah kuliah bertahun-tahun, praktek kerja lapangan capek-cape, ngerjain skripsi sampe babak belur, eh abis lulus jadi sarjana malah nganggur. Belum lagi, pertanyaan kiri-kanan mulai dari saudara, tetangga, temen-temen bahkan dosen saat kita kuliah yang berbunyi "Gimana udah kerja dimana?". Rasanya gendok banget ya dalam hati, huffft.




Soooooo, sebenernya apa sih penyebab banyaknya pengangguran sarjana saat ini? So lets check this out.

Terlalu Idealis



Banyak sarjana nganggur yang terlalu idealis dan pilih-pilih kerjaan. Mungkin karena ngerasa udah kuliah bertahun-tahun, masa sih dapet kerjaan yang biasa biasa aja? Hal ini berbeda dengan lulusan pendidikan seperti (SD, SMP, dan SMA) yang sebenarnya tingkat penganggurannya lebih rendah karena mereka siap bekerja apa saja tanpa gengsi. 

Terlalu mainstream


Yang jadi kemungkinan selanjutnya adalah mungkin kamu adalah tipe sarjana mainstream, perusahaan mungkin maaih menganggap kualifikasi kamu masih sama dengan sarjana-sarjana lainnya alias belum "wow". Terus harus gimana? At least, kita harus lebih memikat perusahaan dan sambil nyari-nyari kerjaan yang sesuai, kita isi aja dengan sesuatu yang bermanfaat supaya bisa nambah skill kamu deh.
Belum rezeki




This is the main point...... Segala sesuatu itu udah ada yang ngatur, termasuk de ngan rezeki. Kita cuma harus nunggu yang tepat aja dan...... Bersabarlah. Kuncinya buat yang satu ini ya, berdoa.

Demikianlahhh.... Kenapa banyak sarjana muda yang menganggur. Meskipun banyak faktor-faktor ekonomi makro lainnya yang mempengaruhi, banyak faktor individual juga yang mempengaruhi mengapa seorang sarjana masih menganggur. Ada baiknya seorang sarjana lebih membuka lagi pola pikirnya supaya tidak hanya terkungkung untuk menjadi seorang karyawan saja, siapa tau kamu adalah calon boss selanjutnya dan justru membuka banyak lapangan pekerjaan kan? 

4 Kelebihan Calon Pekerja Lulusan Politeknik

05.07 Add Comment

Buat kamu yang sedang berkuliah dijenjang politeknik baik itu D3 atau D4, pernah ga kalian ngerasa kalau kuliah yang kalian jalani serasa begitu menyiksa ? Jadwal padat, tugas numpuk, praktek seabreg mungkin sudah jadi makanan sehari hari ya ?

Cape ? Pasti. Nyerah buat kuliah di Politeknik ? Eiits sabar dulu, mungkin sekarang kalian belum merasakan manfaatnya di dunia kerja nanti. Karena di dunia kerja, lulusan D3 itu terkenal tahan banting dan banyak dicari oleh perusahaan karena punya banyak kelebihan. Apa aja sih kelebihan lulusan D3 yang banyak dicari di dunia kerja ? Yuk kita bahas satu-satu di artikel ini.

1. Disiplin 
kamu pasti ngerasain dong gimana rasanya kuliah dari jam 07.30 pagi sampai jam 16.00 sore full dari senin sampai jum'at ? Apalagi kalau kamu aktif berorganisasi, semua kegiatan pasti dimulai diatas jam 16.00 alias selesai jam kuliah. Tanpa disadari kamu dilatih untuk disiplin waktu karena kalau telat kamu bisa-bisa diusir dosen dan dimarahin senior kalo telat datang rapat organisasi. Tiga tahun atau empat tahun dengan pola hidup seperti itu kamu akan jadi terbiasa untuk disiplin dan menjadi seorang pengatur waktu yang handal. Hal itulah yang banyak dicari perusahaan saat ini.

2. Aplikatif
Politeknik dikenal  lebih banyak praktek dibandingkan teori. Untuk mahasiswa politeknik akuntansi misalnya, di kampus mereka tidak hanya mempelajari apa yang ada dibuku. Terkadang ada mata kuliah aplikasi perkantoran yang benar-benar mensimulasikan bagaimana suasana saat bekerja. Hal tersebut membuat kamu mahasiswa politeknik tidak merasa canggung saat memasuki dunia kerja karena kamu sudah pernah merasakan "simulasi" bekerja di kantor. Dan juga kamu sudah mengenal istilah-istilah ataupun bentuk fisik dari suatu dokumen yang biasa ditemukan di dunia kerja.

3. Pantang Menyerah

kalian yang kuliah di politeknik mungkin ngerasain gimana siksaan tugas dan setumpuk ujian praktek setiap saat ? Hal itu terasa kalian seperti sedang berjuang bertahan hidup ditengah peperangan, apalagi kalau dosennya ga ngasih kesempatan buat remedial. Karena itu mereka para politeknikers ga akan pernah menyerah buat menyelesaikan tugas yang ada biarpun akhirnya nilaipun ga seberapa.




4. Terbiasa dengan tekanan       
Dunia kerja adalah dunia yang penuh dengan tekanan, terlebih dengan kondisi ekonomi yang penuh persaingan seperti saat ini. Tekanan perusahaan kepada setiap karyawannya tentu semakin besar demi tercapainya target. Kamu anak politeknik sedikitnya mungkin sudah menjalani "simulasi" tekanan dunia kerja itu di dunia perkuliahan. Absensi yang ketat, bahkan mungkin satu hari alfa saja kamu bisa dapat Surat Peringatan I dari kampus. Tugas bertumpuk dengan deadline yang mepet, tugas kuliah bercampur dengan laporan organisasi yang harus kamu siapkan dihari yang sama. Hal itu membuat kamu terbiasa dengan tekanan dan tidak akan terlalu kaget dengan tekanan-tekanan yang ada di dunia kerja.

Jadi, buat kamu yang kuliah di Politeknik jangan pernah nyerah sama setumpuk tugas dan jadwal yang padat. Karena di dunia kerja nanti, kamu akan merasakan sendiri manfaatnya.



Pra Baby Boomers Sang "Generasi Pembangun"

06.14 Add Comment
Generasi Pra Baby Boom lahir tahun 1940 dan tahun tahun sebelumya. Generasi ini disebut dengan generasi yang adaptif karena mereka cenderung mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pra Baby Boom dianggap sebagai "Generasi Lama" yang memiliki banyak pengalaman karena telah hidup lebih lama. 

Generasi ini sering disebut sebagai "Generasi Pembangun" ataupun "Generasi Hebat" berdasarkan kejadian yang terjadi pada masa itu. Program keberhasilan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur skala besar, kesehatan, pendidikan, mulai lahirnya perusahaan-perusahaan besar, tumbuhnya komunikasi berkat surat kabar dan radio merupakan bukti nyata dari implementasi karakter generasi Pra Baby Boom ini. 

Mereka hidup dalam ketaatan, perilakunya mengikuti alur komando tanpa melawan kewenangan. Mereka selalu berbakti dan setia pada pemimpin, gemar menabung dan sangat pantang untuk berutang serta memiliki gaya berpakaian yang formal.

Sikap disiplin, loyal dan ketaatan ini seperti menjadi pondasi yang kuat untuk membangun segala infrastruktur yang diperlukan. Mereka tidak pernah meragukan pemimpinnya dan akan selalu menjalankan instruksi pemimpin dengan baik.

Kita bisa hitung sendiri berapa banyak peninggalan dari generasi pra baby boom ini yang masih terasa manfaatnya bahkan hingga saat ini. Tidak perlu terlalu jauh mencari orang pra baby boom dari negara luar yang memberi dampak pada dunia hingga saat ini, di negeri sendiripun tanpa adanya karakter kuat sang "Generasi Pra Baby Boom" di era 1940an mungkin saat ini kita masih belum merasakan indahnya kemerdekaan.

Generasi Pra Baby Boom di Indonesia saat ini bisa kita sebut sebagai "Generasi Pahlawan" yang telah membangun pondasi awal negeri ini hingga bisa menjadi seperti saat ini.

Teori Generasi : Baby Boomer, X, Y & Z - Asal Usul Teori Generasi

04.37 Add Comment
Pernahkah anda mendengar isitilah generasi X, Y atau Z ? Saya yakin anda pernah mendengar istilah itu meskipun hanya sepintas baik itu dari televisi, radio, media cetak atau bahkan dari obrolan-obrolan. Bahkan di televisi istilah itu dijadikan sebagai sebuah nama acara yang membuat istilah itu semakin akrab terdengar ditelinga.

Tapi tahukah anda apa sebenarnya generasi X, Y dan Z itu ? dan apakah anda tahu dari mana sebenarnya istilah-istilah tersebut muncul ? 

Istilah generasi X, Y dan Z tersebut berasal dari sebuah teori bernama "Teori Generasi" yang diutarakan oleh seorang sosiologis asal Hungaria bernama Karl Mannheim. Beliau menuangkan teorinya tersebut dalam sebuah essai  "The Problem of Generations" pada tahun 1923. Essai ini kemudian dianggap sebagai “the most systematic and fully developed" essai pada saat itu.
Karl Mannheim, pencetus teori generasi.


Mannheim mendefinisikan sebuah generasi adalah sebuah kelompok yang terdiri dari individu yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, dan berpengalaman mengikuti peristiwa sejarah penting dalam suatu periode waktu yang sama. Dan dalam banyak essai berikutnya dia juga mengatakan perspektif, kesadaran sosial dan pencapaian kedewasaan dari kaum muda akan berjalan seiring dengan waktu dan tempat (dimana kejadian sejarah dalam era tersebut akan berpengaruh secara signifikan).

Dari teori Mannheim para peneliti selanjutnya mulai mengganggap bahwa peristiwa sejarah besar pada saat itu (Perang Dunia I & II) sebagai patokan dalam pembagian generasi berikutnya, sehingga munculah istilah istilah untuk generasi berikutnya sesuai perilaku dan peristiwa sejarah yang dialami.

William Strauss dan Neil Howe yang mencoba mendefinisikan generasi-generasi yang ada di Amerika dalam buku mereka “Generations: The History of America’s Future, 1584 to 2069” (1991). Teori mereka tentang generasi ini banyak diambil oleh berbagai penulis jurnal dan buku yang membahas masalah-masalah antar generasi, sehingga popular istilah-istilah generasi seperti generasi Pra Baby Boom, Baby Boom, generasi X, Y dan Z yang kita kenal saat ini.

Radio, Media Nostalgia Yang Masih Memiliki Tempat Dihati Pendengarnya.

05.58 Add Comment
Lebih dari 50 Persen Pendengar Radio adalah Konsumen Masa Depan aka Generasi Z
Ditengah ekspansi internet sekarang ini, mungkin banyak orang yang menganggap hiburan lama seperti radio sudah mulai ditinggalkan dan sepi peminat. Akan tetapi berdasarkan survey, minat akan radio masih terjaga hingga saat ini. Hasil Survey dari lembaga terpercaya nielsen mengungkapkan hal seperti berikut :
Jakarta, 7 November 2016 – Televisi masih menjadi media utama dan Internet tumbuh sangat pesat di berbagai segmen usia, Keadaan ini menimbulkan berbagai asumsi terhadap eksistensi dari media radio. Hasil temuan Nielsen Radio Audience Measurement pada kuartal ketiga tahun ini menunjukkan bahwa 57% dari total pendengar radio berasal dari Generasi Z dan Millenials atau para konsumen masa depan. Saat ini 4 dari 10 orang pendengar radio mendengarkan radio melalui perangkat yang lebih personal yaitu mobile phone.
Nielsen Radio Audience Measurement mencatat bahwa meskipun internet tumbuh pesat pada kuartal ini, tidak berarti bahwa jangkauan akan pendengar radio menjadi rendah. Kendati penetrasi media televisi (96%), Media Luar Ruang (52%) dan Internet (40%) masih tinggi namun media radio masih terbilang cukup baik di angka 38 persen pada kuartal ketiga 2016 ini.
Angka penetrasi mingguan ini, menunjukkan bahwa media radio masih didengarkan oleh sekitar 20 juta orang konsumen di Indonesia. Para pendengar radio di 11 kota di Indonesia yang disurvey Nielsen ini setidaknya menghabiskan rata-rata waktu 139 menit per hari.
Banyak asumsi yang timbul bahwa kependengaran radio ini perlahan-lahan mulai turun, seiring dengan bertumbuhnya media online saat ini. Data Nielsen Radio Audience Measurement kuartal ketiga 2016 ini menunjukkan hal yang sebaliknya. Waktu mendengarkan radio per minggu, rupanya bertumbuh dari tahun ke tahun. Jika di tahun 2014 pendengar radio hanya menghabiskan waktu mendengarkan radio 16 jam per minggunya, hasil ini meningkat terus di tahun 2015 (16 jam 14 menit per minggu) dan tahun 2016 (16 jam 18 menit).
Angka rata-rata ini mayoritas disumbangkan oleh Generasi X dengan rentang usia 35-49 tahun yang mendengarkan radio selama lebih dari 18 jam dari total keseluruhan pendengar.  Disusul dengan Baby Boomers (50-65 tahun) dengan 17 jam 20 menit, Silent Generation (65 tahun ke atas)  dengan 16 jam 22 menit, Millenials (15-34 tahun) 15 jam 37 menit, dan Generasi Z (10-14 tahun) yang menghabiskan waktu mendengarkan radio lebih dari 13 jam di setiap minggunya. Survey juga menunjukkan bahwa waktu mendengarkan radio pada Generasi X di tahun 2016 ini menunjukkan peningkatan dari sebelumnya hanya 16 jam 18 menit di 2014 dan 17 jam 39 menit di 2015.
Jika ada asumsi yang muncul bahwa radio hanya didengarkan oleh generasi usia yang lebih berumur, ini bertolak belakang dengan hasil temuan Nielsen Radio Audience Measurement kuartal ketiga ini. Hasil Survey Nielsen menunjukkan bahwa justru, 57 persen pendengar radio adalah konsumen masa depan yang berada pada usia yang relatif muda.  Kontribusi pendengar radio ini didominasi oleh Millenials 38 persen, Generasi X dengan 28 persen, dan Generasi Z 19 persen. Sementara pendengar radio pada Generasi Baby Boomersdan Silent Generation relatif lebih sedikit, masing-masing yang hanya berkontribusi sebesar 13  persen dan 2 persen.
Saat ini 4 dari 10 orang pendengar radio mendengarkan radio melalui perangkat yang lebih personal yaitu mobile phone. Tak dapat dipungkiri bahwa ini menjadikan internet adalah media yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja, namun kenyataannya internet tidak lantas mengambil alih peran radio dari para pendengarnya. Media Radio lebih menyasar pada para pendengar lokal dan bersaing sangat ketat dengan internet. Di beberapa kota, seperti Yogyakarta, Bandung, Banjarmasin, Makassar dan Palembang bahkan penggunaan radio melampaui internet. Radio masih dianggap sebagai media berbasis komunitas, sehingga pesan komunikasi yang tersampaikan melalui radio biasanya disesuaikan dengan pendengar yang lebih spesifik dan dirancang khusus untuk dapat menyesuaikan kebutuhan penduduk di kota-kota tertentu. Radio dan internet pun dapat saling melengkapi karena para pendengar radio ini juga mengakses internet, sehingga internet dapat menjadi platform bagi radio untuk menjangkau mereka.  
Temuan Nielsen Radio Audio Measurement kuartal ini menunjukkan bahwa tingkat penetrasi  Radio pada konsumen, tertinggi berada di kota Palembang dengan 97 persen, disusul oleh pendengar di kota Makassar dengan 60 persen, Bandung (54%), Banjarmasin (53%) dan Yogyakarta (51%).
Radio tidak lagi didengarkan melalui radio tape saja, tetapi kini perilaku pendengar telah berubah menjadi mengedepankan teknologi dan fleksibelitas dalam mendengarkan radio. Radio kini berangkat menjadi media yang lebih personal bagi masing-masing konsumen. Tiga kota terbesar dari konsumen yang mendengarkan radio dari perangkat mobile mereka berada di kota Makassar (69%), Medan (44%) dan Jakarta (38%)
Rumah masih menjadi tempat utama untuk mendengarkan radio, bagi 96 persen pendengar radio atau sekitar 19 juta orang. Mobil merupakan tempat yang potensial bagi para pendengar radio namun, jumlah pendengar yang mendengarkan radio dari mobil hanya mencapai 1,8 juta orang di kuartal ketiga tahun 2016 ini, dengan 1, 4 juta di antaranya mendengarkan radio di rumah dan di mobil.
Program musik Dangdut masih populer di kalangan Generasi X dan Baby Boomers yang merupakan pendengar dewasa. Selain 41 persen dari Generasi X penikmat musik dangdut juga datang dari Generasi Baby Boomers (31%) dan Silent Generation (13%). Namun di kalangan pendengar radio muda, musik Pop Indo lebih popular dibadndingkan Dangdut. Pada Generasi Z dan Millenials, berturut-turut 49 persen dan 39 persen menyukai musk Pop Indo, sedangkan penikmat program musik dangdut masing-masing sebesar 17 persen dan 33 persen.
Baik program musik Pop Indo dan Dangdut juga memiliki segmen pendengarnya masing-masing dari sisi pekerjaan mereka. Musik Pop Indo menguasai 51 persen pendengar yang merupakan pekerja kantoran, dan 49 persen dari pelajar dan mahasiswa. Sementara pendengar program musik dangdut cenderung berprofesi pengusaha kecil menengarh (43%), ibu rumah tangga (39%) dan pekerja kerah biru (36%). Pada umumnya, program music Pop Indo berhasil menyasar segmen kelas menengah ke atas, sedangkan program musik Dangdut berahasil di segmen menengah ke bawah.
Seiring dengan durasi mendengarkan radio yang naik, iklan di radio terus meningkat di semester pertama tahun ini dan mencapai puncaknya menjelang bulan Ramadhan pada bulan Mei dan Juni 2016.
Nilai belanja iklan (kotor) terbanyak berasal dari Shell, namun spot terbanyak di radio datang dari Unilever dengan 5,800 spots. Pengiklan terbesar (dalam belanja iklan kotro) di radio pada semester awal 2016 adalah Shell dengan Rp 18 miliar, Unilever Rp 7 miliar, Telkomsel 6 miliar, Tokopedia Rp 5 miliar dan Alfamidi Rp 3 miliar.
sumber : http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2016/RADIO-MASIH-MEMILIKI-TEMPAT-DI-HATI-PENDENGARNYA.html
Radio saya rasa mampu berakulturasi dengan baik dengan era modern saat ini, karena seperti kita ketahui, radio sekarang bisa dinikmati juga lewat internet. Sebagai media hiburan yang ada sejak lama, saya berharap radio masih tetap terus berkembang dan bertahan ditengah ekspansi internet seperti saat ini.

Ibu pekerja vs Ibu rumah tangga di Asia, mana yang lebih baik ?

20.52 2 Comments
Secara tradisional pada konteks negara-negara di Asia, wanita yang sudah menikah diharapkan untuk tinggal di rumah dan menjaga kesejahteraan anak-anak dan keluarga mereka. Belakangan ini, posisi wanita yang telah menikah telah berubah secara signifikan. Jumlah wanita yang telah menikah dan memasuki pasar pekerja meningkat secara signifikan -- menjadi wanita pekerja yang sukses dan ibu/istri pada saat yang bersamaan.
YouGov melakukan survei terhadap panelis di region Asia-Pasifik mengenai pendapat mereka terhadap ibu pekerja dan ibu rumah tangga.
Di Asia, kebanyakan wanita yang berstatus ibu atau istri adalah juga pekerja (60%). Di antara negara-negara yang disurvei Cina (75%) memiliki persentase paling tinggi dari ibu pekerja, sementara persentase paling rendah terdapat di Indonesia (51%).
Secara umum, mayoritas responden (62%) berpendapat bahwa posisi ibu pekerja sebagai lebih ideal. Hal tersebut lebih banyak didukung oleh responden wanita (67%), responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (62%), dan responden dengan pendapatan yang lebih tinggi (60%).  Sesuai dengan hasil survei, wanita pekerja paling banyak didukung oleh responden di Cina (80%), dan paling sedikit didukung oleh responden dari Indonesia (52%).
Jika ibu rumah tangga dan ibu pekerja diberikan kesempatan, akankah mereka memilih untuk bertahan dengan peran mereka sekarang?
Menariknya, jumlah ibu rumah tangga yang berpendapat bahwa posisi ibu pekerja sebagai lebih ideal (36%) lebih tinggi daripada ibu pekerja yang berpendapat bahwa posisi ibu rumah tangga sebagai lebih ideal (20%).
Untuk ibu pekerja, hal yang paling mereka sukai dari menjadi ibu pekerja adalah:
  • Bisa membantu keuangan keluarga (69%)
  • Menjadi contoh bekerja keras kepada anak-anak (35%)
Untuk ibu pekerja, hal yang paling tidak mereka sukai dari menjadi ibu pekerja adalah:
  • Tidak bisa mendampingi anak ketika anak sedang sakit (51%)
  • Tidak bisa mendidik anak secara penuh (47%)
Untuk ibu rumah tangga, hal yang paling mereka sukai dari menjadi ibu rumah tangga adalah:
  • Dapat memperhatikan perkembangan anak (64%)
  • Dapat menemani anak dalam berbagai macam kondisi (57%)
Untuk ibu rumah tangga, hal yang paling tidak mereka sukai dari menjadi ibu rumah tangga adalah:
  • Tidak bisa membantu keuangan keluarga (65%)
  • Tidak memiliki karir yang bisa dibanggakan (47%)

sumber : Yougov.com
ikut survey dan dapatkan uang $25 disini

Harga & Spesifikasi Xiaomi Redmi Pro 32GB

02.45 Add Comment
Mengapa bisa redmi smartphone  Pro  menjadi gadget favorit untuk semua orang? Jawabannya jelas. Ini adalah solusi teknologi yang  baru, dilengkapi  dengan desain yang cantik. Mencoba pengalaman baru kehidupan di dunia modern, generasi cerdas. Dengan dual kamera, prosesor 10-core, dan teknologi inovatif akan membuka Anda kemungkinan masa depan hari ini.
Spesifikasi :
  • dual kamera
  • prosesor 10-core
  • 5.5 "layar OLED
  • perumahan full metal
  • 4050 mAh baterai kapasitas tinggi
  • Versi maksimum - 4GB + 128GB hari ini.
  • dual kamera
  • Tingkat baru fotografi dengan smartphone.
Dan di Lazada harga handphone ini sedang diskon sampai 40%, untuk anda yang sedang mencari handphone baru mungkin ini bisa menjadi referensi.

Ojek Aplikasi vs. Ojek Pangkalan

02.15 Add Comment
Sebagai tanggapan dari maraknya kasus resistensi ojek pangkalan terhadap Go-Jek, YouGov melakukan jajak pendapat terhadap 4,785 panelis Indonesia (52% pria dan 48% wanita) di seluruh negeri mengenai pendapat mereka terhadap kasus tersebut di atas.
Hasilnya, secara umum 82% responden menyatakan setuju atas keberadaan Go-Jek dibandingkan dengan ojek pangkalan. Pada empat area di mana terdapat layanan Go-Jek (Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Makassar), respon jauh lebih tinggi dibandingkan dengan area di mana Go-Jek belum tersedia. Tidak ada perbedaan respon yang signifikan terlihat pada kelompok demografi yang berbeda.
Menariknya, pada kota yang belum memiliki layanan Go-Jek, 68% responden berharap Go-Jek dapat segera tersedia di kota mereka. Sementara itu 32% responden lainnya tidak peduli terhadap keberadaan Go-Jek.
Lima alasan utama dari responden yang mendukung keberadaan Go-Jek adalah:
  1. Bisa menjemput pada tempat yang sudah ditentukan, saya tidak perlu keluar mencari ojek (74%)
  2. Harga pas/tidak perlu menawar (70%)
  3. Pengendara, kendaraan, dan helm yang digunakan memiliki standar tertentu yang membuat saya merasa aman berkendara (57%)
  4. Tersedia di sekitar tempat saya (45%)
  5. Layanan sudah termasuk masker dan pelindung kepala (lebih higienis) (44%).
Sedangkan lima alasan utama responden yang lebih memilih mendukung ojek pangkalan antara lain adalah:
  1. Harga dapat ditawar (41%)
  2. Melestarikan bisnis komunitas lokal agar tidak dimonopoli perusahaan (39%)
  3. Tidak perlu menunggu pengendara Go-Jek, bisa langsung mencari ojek pangkalan di luar (39%)
  4. Lebih fleksibel dalam perubahan tempat tujuan, waktu penjemputan, dan lain-lain (36%)
  5. Merasa kasihan terhadap ojek pangkalan yang merasa lahan kerja mereka berkurang karena Go-Jek (35%).
sumber : yougov.com
ikut survey dan dapatkan uang disini

Bagaimana Orang Indonesia Menyambut Pengunjung Asing yang Datang ke Indonesia?

02.01 Add Comment
Indonesia adalah salah satu negara dengan perkembangan paling pesat di Asia Pasifik. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang berkunjung untuk bekerja dan berlibur di Indonesi. Meskipun begitu, apakah orang Indonesia telah siap untuk menyambut para wisatawan mancanegara dengan tangan terbuka? Dalam survei yang diadakan YouGov pada November 2015 ini, YouGov melakukan polling terhadap 1,000 orang di Indonesia untuk mengetahui penerimaan mereka terhadap wisatawan mancanegara. Semua data dikumpulkan dari panelis YouGov dan telah dibobot sehingga representatif terhadap populasi online.
Dengan skala 1-10, di mana 1 berarti sangat tidak menerima dan 10 berarti sangat menerima, penerimaan orang Indonesia terhadap wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk bisnis memiliki nilai 7.3; penerimaan terhadap wisatawan asing yang datang untuk berlibur memiliki nilai 8.9; penerimaan terhadap wisatawan asing yang datang untuk pertukaran budaya memiliki nilai 7.9; penerimaan terhadap wisatawan asing yang datang untuk belajar/sekolah memiliki nilai 8.7; dan penerimaan terhadap wisatawan asing yang datang untuk mengunjungi keluarga memiliki nilai 8.7.
Ada beberapa organisasi nirlaba yang mempromosikan kesenian dan kebudayaan Indonesia kepada negara asing. 80% orang Indonesia setuju bahwa pameran dan expo yang diselenggarakan di luar negeri untuk memperkenalkan budaya dan kesenian Indonesia akan membantu menarik lebih banyak wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.
Pada level individual, mayoritas orang Indonesia (84%) merasa sangat senang untuk memperkenalkan seni, budaya, dan/atau kuliner Indonesia kepada wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.
Ketika ditanya mengenai “Jika ada orang luar negeri di Indonesia yang mendekati Anda untuk bertanya alamat atau jalan, apa respon pertama Anda?”, 82% orang Indonesia akan berespon dengan menjawab dengan menggunakan bahasa Inggris atau bahasa lain dan membantu sebisa mereka, sementara 15% lainnya hanya akan memberikan arahan sederhana karena keterbatasan bahasa.
Di antara semua kesenian dan budaya Indonesia, 70% responden akan merekomendasikan kuliner tradisional Indonesia untuk dicoba oleh wisatawan asing, 67% akan merekomendasikan baju atau kain tradisional, 63% akan merekomendasikan tarian daerah, 58% akan merekomendasikan festival lokal tradisional (seperti karapan sapi, festival perahu, dll.), dan 40% akan merekomendasikan upacara tradisional (seperti pernikahan, pemakaman, kelahiran, dll.). 
sumber : yougov.com
ikut survey dan dapatkan uang disini